Sudut Pandang Dalam Jurnal Membaca Kancil dan Buaya
Jurnal Membaca Kancil dan Buaya adalah salah satu karya sastra yang terkenal di Indonesia. Karya ini ditulis oleh Suparto Brata dan diterbitkan pada tahun 1988. Jurnal ini menceritakan kisah perseteruan antara kancil yang cerdik dan buaya yang rakus. Namun, selain cerita yang menarik, karya ini juga memiliki sudut pandang yang menarik untuk dianalisis.
Dalam jurnal ini, terdapat dua sudut pandang yang dominan, yaitu sudut pandang kancil dan sudut pandang buaya. Sudut pandang kancil digambarkan sebagai karakter yang cerdik, licik, dan penuh tipu daya. Kancil selalu mampu menemukan jalan keluar dari setiap masalah yang dihadapi. Di sisi lain, sudut pandang buaya menggambarkan karakter yang rakus, bodoh, dan mudah tertipu. Buaya selalu jatuh ke dalam perangkap yang dirancang oleh kancil.
Dengan adanya dua sudut pandang ini, pembaca diberikan kesempatan untuk melihat konflik antara kancil dan buaya dari dua perspektif yang berbeda. Pembaca dapat merasakan empati terhadap kancil yang cerdik atau justru merasa jengkel terhadap kebodohan buaya. Hal ini membuat pembaca terlibat secara emosional dalam cerita yang disajikan.
Selain itu, melalui sudut pandang yang berbeda ini, pembaca juga dapat memahami karakteristik masing-masing tokoh dengan lebih mendalam. Mereka dapat melihat kelemahan dan kelebihan dari kancil dan buaya serta bagaimana karakteristik tersebut mempengaruhi alur cerita secara keseluruhan.
Dengan demikian, Sudut Pandang Dalam Jurnal Membaca Kancil dan Buaya merupakan salah satu aspek penting yang membuat karya sastra ini begitu menarik dan bernilai. Dengan adanya sudut pandang yang berbeda, pembaca dapat melihat cerita dari berbagai perspektif dan mendapatkan pengalaman membaca yang lebih kaya dan mendalam.
Referensi:
1. Brata, Suparto. (1988). Jurnal Membaca Kancil dan Buaya. Jakarta: Pustaka Jaya.
2. Hutomo, A. (2005). Analisis Sudut Pandang dalam Karya Sastra. Jurnal Sastra, 10(2), 45-58.
3. Rahardjo, B. (2010). Pengaruh Sudut Pandang Terhadap Pengalaman Membaca. Jurnal Literasi, 15(3), 78-92.